
MITI Desak Presiden Prabowo Bentuk Tim Khusus Usut Mafia BBM Ilegal
Oktober 29, 2024
MITI Dorong Konsistensi Prabowo untuk Industri Berbasis RISTEK
Oktober 31, 2024Lewat Revitalisasi Lembaga Hilirisasi Seperti BPPT – Upaya Presiden Prabowo Subianto dalam mengembalikan kejayaan ekonomi nasional dinilai perlu disertai dengan kebijakan strategis untuk memperkuat riset dan teknologi (ristek) sebagai tulang punggung pembangunan industri berbasis inovasi. Peneliti Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), Edi Marwanta, menyampaikan bahwa selama satu dekade terakhir, sektor ristek tidak mendapat porsi perhatian yang memadai dalam strategi pembangunan nasional.
Menurutnya, peran ristek seharusnya tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan ilmiah di ruang akademik, tetapi sebagai sumber daya strategis untuk mendorong transformasi industri, meningkatkan daya saing nasional, dan menciptakan nilai tambah ekonomi.
“Negara-negara maju menempatkan ristek sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Inovasi teknologi menjadi komoditas bernilai tinggi, mendorong ekspor, membuka lapangan kerja, dan memperkuat daya saing industri dalam negeri,” ujar Edi.
Ketiadaan Lembaga Akselerator: Hilangnya Fungsi Hilirisasi
Edi menilai, pembubaran Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan peleburan ke dalam struktur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menciptakan kekosongan fungsi kelembagaan dalam hilirisasi hasil riset. Ia menjelaskan bahwa saat ini BRIN lebih mengambil posisi sebagai lembaga riset akademik dengan pendekatan keilmuan, yang beririsan erat dengan perguruan tinggi, namun kurang menjembatani riset dengan kebutuhan industri maupun kementerian/lembaga teknis.
“BRIN saat ini lebih menyerupai ‘institut’, bukan ‘badan’ dalam pengertian layanan publik. Konsekuensinya, hasil riset sulit terserap oleh dunia industri karena tidak ada lembaga teknokratik yang menjembatani penerapan teknologi secara langsung di sektor riil,” tambahnya.
Kebutuhan Mendesak: Revitalisasi Struktur Seperti BPPT
MITI mendorong agar Pemerintah membentuk kembali lembaga seperti BPPT yang memiliki mandat kuat dalam pengkajian, penerapan, dan penyediaan layanan teknologi, termasuk balai uji dan pengembangan produk teknologi. BPPT sebelumnya memiliki struktur lengkap dengan balai-balai teknologi yang berfungsi sebagai hub antara peneliti, pelaku industri, dan pembuat kebijakan.
“Struktur balai dalam BPPT berfungsi sangat strategis sebagai akselerator pemanfaatan hasil riset. Di sinilah dilakukan proses prototyping, scaling up, validasi teknologi, hingga diseminasi ke industri. Tanpa struktur ini, hasil riset hanya berhenti di meja akademik,” jelas Edi.
Keberadaan BPPT selama ini telah membantu percepatan hilirisasi inovasi di berbagai sektor, seperti teknologi pangan, energi terbarukan, rekayasa manufaktur, transportasi, dan lingkungan. Kolaborasi BPPT dengan BUMN dan swasta juga kerap menghasilkan teknologi tepat guna yang siap dipasarkan.
Mengembalikan Kedaulatan Ristek Nasional
MITI menegaskan bahwa jika Indonesia ingin membangun kemandirian teknologi dan berdaulat dalam inovasi, maka diperlukan ekosistem riset yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga produktif secara industri. Tanpa lembaga perantara seperti BPPT, hasil riset nasional berisiko tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi riil.
“Presiden Prabowo wajib menjadikan penguatan ristek sebagai fondasi kebangkitan ekonomi nasional. Ini saatnya membangun kembali struktur kelembagaan yang menjamin hasil riset dapat ditransformasikan menjadi produk nyata yang mendukung pembangunan nasional,” pungkas Edi.