Terus meningkatnya jumlah penduduk diiringi dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dunia semakin memberikan tekanan kepada daya dukung lingkungan global. Pada pidato pembukaan APEC 2013 lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pada dekade mendatang, diperkirakan akan ada 2 miliar orang yang bergabung ke dalam kelas ekonomi menengah. Mereka ini dari kelompok masyarakat yang selama ini memiliki pendapatan per kapita kurang dari 10 ribu dolar AS pertahun, meningkat menjadi 10-30 ribu dolar. Bertambahnya populasi kelas menengah dunia menjadi sekitar dua miliar tersebut akan menyebabkan peningkatan kebutuhan akan barang dan jasa yang sangat signifikan.
Di sisi lain, masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan juga semakin meningkat. Tidak hanya dikarenakan urbanisasi, yang tidak dapat dihindari seiring dengan tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan baru, juga karena pengembangan wilayah administratif yang memunculkan kota-kota baru. Pada tahun 2013 presentase penduduk yang tinggal di perkotaan telah mencapai lebih dari 53% populasi Indonesia. Besarnya populasi penduduk yang tinggal di perkotaan akan menimbulkan masalah terkait dengan daya dukung kota yang sudah tidak mampu lagi menampung penduduk untuk hidup sejahtera.
Fenomena ini meninggalkan harapan sekaligus kekhawatiran global akan sejauh mana dunia yang kita tempati ini mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan sejauh mana limbah-limbah hasil samping dari produk-produk pembangunan mampu untuk dikurangi atau didaur ulang. Pada akhirnya anak cucu kita yang akan mewarisi segudang permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh pola pertumbuhan ekonomi yang selama ini mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan. Karena itu, diperlukan suatu konsep baru menunjang pembangunan berkelanjutan di Indonesia yang mengacu pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan menerapkan konsep dan teknologi dari berbagai bidang keilmuan.
Pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan (green development) merupakan suatu keharusan ke depan dikarenakan keterbatasan daya dukung lingkungan untuk mengantisipasi pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya populasi penduduk ke depan. Di dalam praktiknya pembangunan berkelanjutan harus mampu melibatkan berbagai unsur seperti pemerintah, pihak swasta (industri/perusahaan), lembaga riset dan perguruan tinggi serta masyarakat sipil melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) sebagai salah satu LSM yang aktif dalam menjembatani gerakan di bidang inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, turut terpanggil untuk merespon dan mengawal transformasi Indonesia menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan. Sebagai salah satu wujud dari komitmen tersebut, MITI menginisiasi Green Development Seminar untuk mensosalisasikan gagasan-gagasan untuk pembangunan Indonesia yang lebih berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Seminar ini mengangkat tema Green Mindset toward Sustainable Development dengan menghadirkan berbagai pembicara yang merupakan pakar dibidangnya, seperti Dr. Warsito, Ketua Umum MITI; Dr. As Natio Laksman, Kepala BAPETEN 2008-2014; Dr. Ridwan Djamaluddin, Kepala Bidang TPSDA BPPT; Dr. Nur Mahmudi Ismail, Walikota Depok; Dr. Alin Halimatussadiah pakar Ekonomi Sumber Daya Alam FE UI; Dr. Edi Hilmawan, pakar di bidang Energi Terbarukan; Dr. Arif Satria, Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB; dan Dr. M. Abdul Kholiq, Pakar Teknologi Lingkungan. Dalam seminar ini akan dibahas ide-ide tentang pembangunan berkelanjutan dari berbagai aspek, antara lain dari sektor energi, lingkungan, ekoolgi dan dari aspek ekonomi. Sebagai keluaran dari seminar ini adalah berupa rekomendasi mengenai konsep dan best practice menuju pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan ke depan.
Kegiatan Green Development Seminar, ini terdiri dari seminar, diskusi panel dan pameran yang bertemakan “Green Mindset toward Sustainable Development”, yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu, 15 Februari 2014 di Aula Sabha Widya, Wisma Makara UI.