
Polemik Gas Melon 3 KG, Pemerintah Perlu Terapkan Strategi Bertahap
Februari 4, 2025
Evaluasi Energi Terbarukan: Pemerintah Fokus pada Kepentingan Nasional
Februari 13, 2025Presiden Prabowo Diminta Susun Prioritas dengan Bijak demi Masa Depan Indonesia
Di tengah kebijakan efisiensi anggaran yang mulai diterapkan pada berbagai kementerian dan lembaga di era pemerintahan Presiden Prabowo, para ilmuwan mengingatkan agar langkah penghematan ini tidak justru mematikan sektor strategis seperti riset dan inovasi.
Ketua Umum Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), Dr. Warsito Purwo Taruno, menegaskan bahwa efisiensi memang penting, tetapi pelaksanaannya harus berdasar pada prioritas yang tepat, bukan dilakukan secara pukul rata.
“Di tengah ruang fiskal yang sempit, program efisiensi ini memang perlu dilakukan. Tapi pelaksanaannya harus mengacu pada urutan prioritas yang jelas. Bukan pukul rata yang membuat program strategis malah tidak dapat berjalan,” ujar Warsito.
Fondasi Kemandirian, Bukan Beban Anggaran
Dalam konteks persaingan global dan ketergantungan terhadap sumber daya alam yang mulai mencapai batas, Warsito mengingatkan bahwa riset dan inovasi bukan sekadar proyek akademik. Ia merupakan fondasi utama bagi daya saing ekonomi dan kemandirian bangsa.
“Bidang riset dan teknologi perlu mendapat perhatian lebih agar dapat berkontribusi pada daya saing ekonomi dan kemandirian bangsa yang selama ini dikampanyekan presiden,” tegasnya.
Menurut Warsito, jika efisiensi dilakukan tanpa pembedaan antara program penting dan program tambahan, maka Indonesia bisa kehilangan momen penting untuk berinvestasi pada masa depan.
Ancaman Tumpang Tindih dan Pemangkasan Anggaran
Warsito juga menyoroti masalah struktural dalam pengelolaan riset nasional yang hingga kini masih belum tertata rapi. Tumpang tindih kelembagaan dan birokrasi menjadi penghambat utama kemajuan riset di tanah air.
“Saat ini kegiatan riset sulit berkembang karena secara kelembagaan masih tumpang tindih. Apalagi kalau anggarannya dipangkas, maka bisa dipastikan aktivitas riset akan hilang secara keseluruhan,” ujarnya.
Padahal, menurutnya, riset bukan hanya kebutuhan hari ini, tetapi investasi jangka panjang untuk menjawab tantangan masa depan ketika sumber daya alam tak lagi mencukupi.
Potensi Besar, Perhatian Masih Minim
Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar dalam bidang riset dan inovasi, termasuk pengembangan teknologi yang bernilai tinggi di pasar global. Namun, potensi ini belum didukung oleh keberpihakan anggaran dan kebijakan yang memadai.
“Padahal riset dan inovasi merupakan kunci peningkatan kesejahteraan masyarakat ke depan, di saat sumber daya alam sudah tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan belanja negara,” ungkap Warsito, yang dikenal sebagai penemu alat pengobatan kanker berbasis teknologi elektrostatis.
Ia berharap pemerintahan Presiden Prabowo menyusun strategi fiskal yang cermat agar sektor riset tidak terpinggirkan hanya karena urgensi efisiensi.
Efisiensi Boleh, Tapi Jangan Bunuh Masa Depan
Dalam upaya menyeimbangkan fiskal, efisiensi adalah langkah tak terhindarkan. Namun, pemotongan anggaran tanpa skala prioritas yang jelas berpotensi melemahkan sektor-sektor vital seperti riset dan inovasi—yang justru menjadi penentu daya tahan dan kemajuan bangsa dalam jangka panjang.
MITI mengingatkan bahwa Indonesia harus mulai membangun ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) yang ditopang oleh penelitian, teknologi, dan inovasi. Untuk itu, pemerintah perlu mengedepankan keberlanjutan riset sebagai prioritas strategis, bukan sekadar angka dalam tabel efisiensi.