
Edwar Tech Kembali Sembuhkan Penderita Neuroblastoma
August 12, 2012
MITI Sebarluaskan Iptek Indonesia Lewat Iptek Voice
August 12, 2012BANDUNG, KOMPAS.com – Penemu teknologi pembasmi kanker dan CEO dari Edwar Technology, Warsito Purwo Taruno, mengatakan kesetaraan antara ilmuwan dan kapital penting untuk membantu mengkomersialkan inovasi.
Warsito mengungkapkannya di ajang Triple Helix Conference yang diadakan di Bandung, Kamis (9/8/2012). Konferensi ini pertama kalinya diadakan di Indonesia dan dihadiri oleh beragam kalangan dari 23 negara.
Warsito menjelaskan, salah satu faktor yang menghambat komersialisasi inovasi di Indonesia adalah kurangnya penghargaan pada kerja ilmuwan dan hak atas kekayaan intelektual. “Intellectual Property Rights tidak dihargai. Kita selama ini lebih cenderung kepada kapital,” kata Warsito.
Kurangnya penghargaan pada ilmuwan terlihat dari beberapa contoh, misalnya pembagian keuntungan. Pengalaman Warsito, dalam platform funding yang diterimanya, pemberi dana mendapatkan 70 persen sementara ilmuwan hanya 30 persen. “Kalau seperti itu, lebih baik saya ilmuwan mengembangkan sendiri. Peneliti ini harus setara,” papar doktor lulusan Universitas Shizuoka ini.
Untuk membangun penghargaan terhadap peneliti dan membangun ekosistem untuk membantu komersialisasi, peran pemerintah lewat kebijakannya penting. Menurut Warsito, tanpa kesetaraan, peneliti tidak akan punya free mind. “Seorang peneliti yang benar-benar bisa melakukan suatu invensi yang breakthrough perlu daya imajinasi yang tak tervbatas dan tak terbatasi oleh yang lain,” papar Warsito.
Editor :
Glori K. Wadrianto
1 Comment
saya salut dan bangga dg penemuan para peneliti baik biang kesehatan, pertanian dan otomotif. namun kesjahtraan para peneliti sampai saat ini belum/tdk diperhatikan oleh pemerintah. Berbeda dg tenaga pendidik seperti guru (berbagai tunjangan fungsional, sertifikasi, naik pangkat 2 tahun sekali, usia pensiun 60 thn). kalo dosen sangat diuntungkan lagi sbg pendidik mhs (selain tunj fungsional, sertifikasi, honor bimbing mhs, honor ujian mhs)dapat merangkap tenaga peneliti yg mendapat proyek penelitian milyaran. apa beda tenaga peneliti di kementrian dg dosen sbg peneliti.