
MITI: Jauhkan Pertamina dari Kepentingan Politik
Maret 3, 2025
Food Estate Harus Libatkan Petani Lokal
Maret 7, 2025Ketika dunia beralih pada teknologi tinggi sebagai fondasi kekuatan negara, Indonesia mulai melangkah ke jalur kemandirian kedirgantaraan dengan mengusung pesawat N219 Amfibi sebagai Proyek Strategis Nasional.
Transformasi Paradigma Pembangunan: Dari Beton ke Inovasi
Pemerintah resmi menetapkan pengembangan pesawat N219 Amfibi sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) 2025–2029. Langkah ini disambut antusias oleh kalangan ilmuwan dan akademisi. Salah satunya datang dari Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) yang menilai keputusan tersebut sebagai titik balik penting dalam arah pembangunan nasional.
“Penetapan pengembangan pesawat N219 Amfibi merupakan langkah strategis yang menunjukan ambisi Indonesia untuk memperkuat industri kedirgantaraan nasional sekaligus mendukung konektivitas dan kemandirian pertahanan di negara kepulauan seperti Indonesia ini,” ujar Larasmoyo Nugroho, peneliti MITI bidang teknologi kedirgantaraan.
Larasmoyo menilai proyek ini mencerminkan pergeseran paradigma pembangunan: dari fokus pada infrastruktur fisik berbasis properti, menuju investasi pada inovasi dan teknologi tinggi, yang jauh lebih berkelanjutan dan berdampak strategis.
Pesawat N219 Amfibi Untuk Pertahanan dan Konektivitas Nusantara
Pesawat N219 versi amfibi dirancang mampu mendarat di air dan darat, menjadikannya sangat relevan bagi wilayah kepulauan seperti Indonesia. Selain untuk transportasi dan logistik ke pulau-pulau terluar, pesawat ini juga berpotensi memperkuat operasi pertahanan nasional, terutama di daerah rawan konflik dan perbatasan.
“Keterlibatan Kementerian Pertahanan dalam proyek ini menegaskan N219 Amfibi tidak hanya ditujukan untuk kebutuhan komersil tetapi juga memiliki dimensi taktis strategis dalam pertahanan nasional,” jelas Larasmoyo.
Peran Industri dan Lembaga Riset dalam PSN N219 Amfibi
Sebagai pelaksana utama, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mendapat sorotan positif karena dinilai memiliki kapabilitas untuk merancang, mengembangkan, dan memproduksi pesawat dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi.
Di sisi lain, peran riset nasional juga tak bisa diabaikan. Sebelum integrasi ke dalam BRIN, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) sudah lebih dahulu memberi kontribusi berarti dalam fase awal pengembangan pesawat ini.
“LAPAN berkontribusi pada tahap awal seperti studi kelayakan, pengujian aerodinamika dan pengembangan teknologi kunci untuk N219, termasuk versi amfibi,” terang Larasmoyo.
Dengan proyek ini, Larasmoyo menambahkan, kolaborasi antar kementerian dan lembaga riset dapat berjalan lebih fokus dan efisien, sehingga penggunaan anggaran menjadi lebih optimal.
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Teknologi
Selain aspek strategis dan pertahanan, pengembangan N219 Amfibi juga membuka peluang pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi. Industri aviasi memiliki efek berganda (multiplier effect) terhadap sektor lain—dari manufaktur komponen hingga peningkatan kapasitas SDM nasional.
“Proyek ini akan mengairahkan kembali iklim riset dan inovasi teknologi aviasi nasional. Ini bisa menjadi salah satu alternatif perputaran dan pertumbuhan ekonomi yang ditarget,” ujar Larasmoyo.
Komitmen Jangka Panjang, Bukan Sekadar Gengsi
MITI berharap agar Pemerintah konsisten menjalankan proyek N219 Amfibi, tidak hanya menjadikannya sebagai simbol kebanggaan, tetapi sebagai jawaban atas kebutuhan nyata Indonesia sebagai negara kepulauan.
“Pelaksanaan proyek ini bukan semata karena gengsi, tapi untuk memenuhi kebutuhan bangsa yang tinggal di wilayah kepulauan,” tutup Larasmoyo.