
MITI Klaster Mahasiswa Bersama Masyarakat Surabaya Memperingati Hari Pangan Dunia
October 25, 2016
Dr. Edi Sukur, M.Eng Mengingatkan Mahasiswa UIN Jakarta Akan Tugas Dasarnya bagi Indonesia
November 14, 2016Lebak (miti.or.id) — Go Pangan Lokal (GPL) merupakan sebuah inisiasi gerakan sosial intelektual yang digagas oleh MITI bertepatan dengan momen hari pangan sedunia 2013. Gerakan ini dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia, sejak 2013 hingga tahun 2016, dengan jumlah kota pelaksana kampanye yang terus bertambah tiap tahunnya. MITI melalui MITI Klaster Mahasiswa (MITI KM) dan Tim GPL regional Jabaja (Jakarta, Banten dan Jawa Barat) bekerja sama dengan Indonesia Membina serta Agrowing, mensukseskan kegiatan kampanye GPL 2016 yang dilakukan di SMA Negeri 1 Cibadak dan Kampung Dungus Sukajadi, Lebak, Banten pada tanggal 29-30 Oktober 2016. Kegiatan kampanye GPL di wilayah Jabaja ini terdiri dari 4 kegiatan utama yaitu GPL Goes to School, Penyuluhan Kesehatan, Workshop Agribisnis dan Lomba Agribisnis.
GPL Goes to School yang bertujuan untuk memperkenalkan, menumbuhkan minat dan kecintaan akan ragam pangan lokal wilayah masing-masing kepada 42 siswa SMA Negeri 1 Cibadak, Lebak, Banten. Kegiatan diawali dengan memperkenalkan lagu serta tarian khas kampanye GPL, malekukan flashmob serta bazar pangan lokal berupa jajanan hasil UMKM Serang. Bazar diselenggarakan untuk membuka wawasan siswa mengenai potensi usaha pangan lokal dari daerah Banten. Selain itu dilakukan juga penandatanganan petisi dari siswa dan guru sebagai bentuk dukungan mereka terhadap pangan lokal.
Kegiatan dilanjutkan dengan seminar Go Pangan Lokal. Materi disampaikan oleh Donnie Aqsha, S.P. pendiri dari e-commerce Agrowing. “Kita harus bangga terhadap pangan lokal yang kita miliki, bahkan orang luar negeri pun suka pangan lokal dari Indonesia. Tugas kita adalah, bagaimana menjadikan pangan lokal bisa bersaing melalui pengemasan..”, ujar Donnie. Dalam penyampaiannya, Donnie menjelaskan potensi dan pentingnya mensosialisasikan pangan lokal, serta juga melakukan inovasi dari hasil olahan lokal Indonesia secara umum maupun Banten khususnya. Acara seminar kemudian ditutup dengan pemberian kenang-kenangan dan foto bersama.
Kegiatan dilanjutkan di kampung Dungus Sukajadi dengan agenda Penyuluhan Kesehatan yang dihadiri oleh 32 orang ibu-ibu setempat. Penyuluhan dilakukan oleh Siti Lailatul Khairiyah dan Niken Dwi Nurlita, yang mempelajari mengenai kesehatan masyarakat, serta merupakan pengurus MITI KM. Penyuluhan dimulai dengan pemutaran video dan dilanjutkan dengan diskusi kecil bersama warga. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman kepada warga mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, pentingnya sanitasi sehat, termasuk perlunya pembangunan jamban di setiap rumah bagi sebagian warga yang belum memilikinya.
Pada acara Penyuluhan Kesehatan, disampaikan pula pentingnya sirkulasi udara yang baik melalui ventilasi, juga kebersihan rumah demi terjaganya kesehatan penghuninya, terutama untuk rumah berpenghuni banyak (lebih dari 1 keluarga). Kebiasaan sebagian besar penduduk di Kampung Dungus Sukajadi adalah, sanak famili yang sudah berkeluarga akan tinggal bersama dengan keluarga inti, sehingga jumlah penghuni bertambah banyak. Secara umum, warga sebenarnya telah menyadari pentingnya pembangunan jamban dan pola hidup bersih, namun dalam aplikasinya di kehidupan sehari-hari, warga menyebut bahwa dana masih menjadi kendala utama untuk pembuatan fasilitas seperti MCK dan WC umum.
Kegiatan Workshop Agribisnis dan Lomba Agribisnis—atau lebih tepatnya lomba inovasi pangan lokal—dilakukan pada hari Minggu (30/10), di mana lomba diikuti oleh 17 peserta. Kegiatan workshop bertujuan untuk memperkenalkan berbagai jenis cara pengolahan yang dapat dilakukan masyarakat untuk meningkatkan nilai ekonomi pangan lokal. Acara ini dimulai dengan workshop dari Eva Siti Nurazizah dan M. Alfiyan S., mahasiswa-mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang fokus dalam melakukan inovasi pangan lokal. Dalam workshop ini, dijelaskan berbagai macam olahan dari pangan lokal yang bisa memiliki nilai ekonomi tinggi.
Setelah workshop usai, lomba dimulai. Para peserta lomba dipersilakan untuk membuat kreasi makanan dengan bahan lokal utama singkong. Dalam waktu kurang dari satu jam, peserta mampu membuat berbagai inovasi hasil olahan singkong dengan kreativitas yang tinggi. Inovasi kreatif dari para peserta ini, perlu pendampingan lebih serius dari instansi berwenang, agar warga di Kampung Dungus Sukajadi bisa semakin berdaya dengan menginovasi sumber daya alam lokalnya.
Kegiatan GPL Goes to School, Penyuluhan Kesehatan, serta Workshop dan Lomba Agribisnis yang telah dilakukan, merupakan langkah awal dari MITI melalui MITI Klaster Mahasiswa dan mitranya, untuk melakukan pengabdian bagi masyarakat Indonesia. MITI Klaster Mahasiswa bekerja sama dengan Tim Indonesia Membina dan Agrowing, dengan berbagai kegiatan di Kampanye GPL 2016, akan terus mencoba mengupayakan program berkelanjutan, untuk Kampung Dungus Sukajadi. “Kami menargetkan dalam beberapa tahun ke depan, Kampung Dungus Sukajadi ini akan menjadi kampung wisata agropreneur yang mampu menyokong kebutuhannya sendiri, dan memberi alternatif warga Banten untuk berwisata..”, ungkap Dimas selaku Ketua Pelaksana GPL 2016. Tidak menutup kemungkinan kerja sama serupa akan dilakukan dengan pihak-pihak terkait lainnya di masa yang akan datang, untuk menjadikan Kampung Dungus Sukajadi, kampung agropreneur mandiri pangan. (WDN|EL|UH)